Hai, sahabat Linda kali ini saya akan berbagi pengalaman saat kegiatan
budaya di Jepang. Kalau kata orang sih makanan tidak enak jika tanpa garam.
Namun saya, pengalaman itu tidak lengkap jika ditunjukkan dg foto saja tanpa
kronologisnya.Well, Saya akan menceritakan tentang upacara minum teh di Jepang
yang sudah terkenal di dunia.
Saat itu merupakan musim panas di Jepang, suhunya mencapai 29 derajat C,
cukup panas tetapi tidak membakar kulit. Di jam Istirahat, saya bersama senpai
mendapatkan undangan untuk mengikuti upacara minum teh. Namun, sebelumnya saya
mau cerita dulu tentang istilah maupun cara upacara teh di Jepang.
Upacara minum teh ini dinamakan cha-no-yu/ chado/ sadou.
Upacara minum teh ini dinamakan cha-no-yu/ chado/ sadou.
Ritual
tradisional ini terpengaruh oleh agama Buda Zen di Jepang. Ada yang
bilang, acara ini sudah ada sejak 400 tahun yang lalu yaitu ketika jaman
Edo, dimana pada masa itu, sadou ini hanya dilakukan oleh
bangsawan-bangsawan atau samurai-samurai untuk menjamu tamu. Kebiasaan
ini terus menurun hingga sekarangpun tetap dilakukan oleh semua lapisan
masyarakat Jepang.
Cha-no-yu (茶の湯) artinya air hangat untuk teh, biasanya merujuk pada sebuah ritual atau seremoni. Sedangkan chado/ sadou (茶道, the way of tea), merujuk pada pembelajaran dari makna sebuah upacara teh. Untuk melakukan
upacara ini tidaklah mudah, karena memilki lebih kurang 300 tata cara
(0_0), oleh karenanya, orang yang mengikuti upacara ini harus seorang
yang ahli.
Jika ingin menjadi partisipan upacara Sadou ini maka harus familiar dengan hal-hal berikut ini:
- Membuat teh
- Mengenal tipe-tipe teh
- Kimono
- Kaligrafi
- Dekorasi bunga
- Keramik
- Kesenian tradisional lainnya
Nah,
dikarenakan begitu mumetnya, jadi dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
mempelajari upaca ini, bahkan ada yang mempelajarinya seumur hidup.
Bahkan jika kalian hanya ingin berpartisipasi sebagai tamu pada upacara
Sadou, maka kalian perlu tahu beberapa pengetahuan tentang upacara ini,
termasuk cara duduk, gestur tubuh, cara mengambil dan meminum teh dan
manisan. Manisan? Pada upacara ini juga disediakan makanan manis untuk
menutupi rasa pahit dari teh. Tapi kalian tidak boleh minta tambah
manisannya, hanya boleh tambah tehnya.
cemilan kue mochi (terbuat dari tepung beras, kemudian dibubuhi matcha atau teh hijau)
oh, ya sahabat dan ternyata di Jepang jufa ada dua sekolah utama sebagai tempat mempelajari upacara Sadou ini, yaitu Omote Senke dan Urasenke.
Kebetulan saat itu saya diperlihatkan bagaimana seorang penyeduh teh dengan
gerakannya yang gemulai, teratur dan tertib menyeduhkan ocha (teh khas Jepang). Ingin sih mencoba, tapi cukup
eksis ambil gambar sajalah. Dari situ saya berpikir betapa indahnya budaya
Jepang, menyeduh teh saja sampai ada beberapa cara dan aturan.
Setiap alat, termasuk mangkuk teh (chawan), pengocok (chasen), dan teh sendok (chashaku), kemudian dibersihkan dengan ritual dihadapan para tamu dengan urutan yang tepat dan dengan gerakan yang telah ditentukan. Ketika ritual pembersihan itu telah selesai, dan peralatan telah ditaruh ditempat yang sesuai, tuan rumah mulai menaruh bubuk teh hijau yang sudah ditakar ke dalam mangkuk, kemudian air panas sesuai dengan takaran dan mulai untuk mengaduknya dengan peralatan tadi.
Mangkuk kemudian disajikan kepada tamu kehormatan (shokyaku, 初客, tamu pertama), baik oleh tuan rumah atau asisten. Mangkuk ini diberikan kepada tamu pertama sambil membungkuk. Kemudian tamu pertama ini membungkuk kepada tamu kedua sebagai tanda hormat pada tuan rumah. Mangkuk tersebut diputar untuk menghindari meminum dari bagian depan mangkuk. Kemudian mencicipi teh (1x teguk), setelah itu membisiskan ungkapan yang telah ditentukan, kemudian meminum lagi teh tersebut 2-3 kali, setelahnya tamu tersebut menyeka bagian pinggir mangkuk itu. Kemudian mangkuk diputar kembali ke posisi awal dan diserahkan pada tamu kedua dengan membungkuk. Proses ini terus dilakukan hingga semua tamu sudah meminum teh dari mangkuk yang sama dan posisi mangkuk kembali ke tuan rumah. Di beberapa upacara, setiap tamu akan meminum teh dari mangkuk masing-masing tetapi urutan minum tehnya sama saja.
koicha
usuicha
Setelah semua tamu mendapatkan teh, tuan rumah akan membersihkan peralatan. Para tamu kehormatan dapat meminta tuan rumah agar dia dapat memeriksa peralatan-peralatan tersebut, dan setiap tamu dapat mengagumi alat-alat itu. Peralatan tersebut diperlakukan dengan sangat hati-hati dan dengan penuh kehormatan karena peralatan tersebut tak terhingga nilainya (antik, buatan tangan). Para tamu menggunakan kain khusus untuk memegang peralatan tersebut.
Tuan rumah kemudian mengumpulkan peralatan, dan para tamu meninggalkan rumah teh. Tuan rumah membungkuk sebagai ucapan terima kasih dari pintu, dan upacara berakhir. Sebuah upacara minum teh ini dapat belangsung satu hingga lima jam, tergantung dari jenis upacara dan makanan yang disajikan di sana.
Alat Yang Digunakan
Hishaku(centong air)
Okama(gentong air)
Chawan(mangkuk teh)
Chashaku(sendok teh)
Natsume(wadah bubuk teh)
Chasen(pengaduk teh)
Matcha(bubuk teh hijau)
Jenis Upacara
Obon Temae (お盆手前)
Dalam obon temae, tuan rumah menaruh mangkuk teh, kocokan, sendok teh, chakin dan natsume pada sebuah nampan khusus, kemudian peralatan ini ditutup oleh kain fukusa. Teh ringan disajikan di atas nampan sambil duduk berlutut gaya Seiza.
nampan
fukusa
Ryū-rei (立礼)
Dalam jenis upacara ini, teh disajikan di atas meja khusus. Para tamu duduk di meja yang sama, atau di meja yang terpisah. Dalam ryu-rei biasanya ada asisten yang duduk di belakang tuan rumah untuk membantu menarik dan memajukan kursi untuk tuan rumah. Asisten ini juga melayani teh dan manisan/ permen untuk tamu.
So, sahabat tertarik untuk mengikuti sadou? semoga coretan ini bermanfaat. sampai jumpa di coretan linda selanjutnya.
No comments:
Post a Comment